Halaman

Selasa, 27 Januari 2015

something? :)

Hai . . Selamat siang . .

Bingung juga mau curhat apa , dan selalu begitu haha . . :D

Uda 1 mingguan ini aku sakit, simpel aja sebenernya sakitnya, cuma batuk pilek demam disertai pening but peningnya keterusan sampe2 dipergantian tahun yang dirayain sedunia aku sakit kepala semalaman. Nyebelin sih.

aku cuma punya Obat batuk yang aku beli dimalam sebelum tahun baru, aku ga minum Obat selain ini, dan bukannya gamau sembuh loh tapi aku lagi meminimalisir konsumsi Obat biar umurku panjangan dikit. He he ini kata orang kesehatan loh, guys! ;)

Baru kemarin aja aku minumin Obat yang kompleks karena uda gakuat banget sama pening yang nemenin kepala tiap hari, semoga kalian ga dapet pengalaman yang kaya aku ya. Amin

Hari ini terhitung -2H UTS, menandakan aku bakal masuk menghadapi ujian. Tapi ini bellum bisa dipastiin karena kami "Ikom angkatan 2013" ga ada ruangan pasti buat menyelesaikan ujian ini, kami diharap maklum cause gedung yang biasanya kami pakai pembelajaran asli udah mau runtuh. Otomatis jadwal kami kacau dan ngefek sampai ke pelaksanaan ujian.
Kemarin juga sempet ada konflik antara kawan sekelasku ke salah satu ketua matkul. Pengen tau kenapa ? Cause ketua kelas ini pernah ngasih info salah ke kami.. Tapi ya plis, semua itu bukan salah ketua sepenuhnya. Kembali lagi dengan keadaan gedung tersebut, semua yang awalnya pasti, jadinya sedikit banyak php.
Udah lupain ajah yang tadi.haha itu kan masa lalu :p

Ohya lanjut cerita organisasi.
Kabar terbaru, aku ditunjuk jadi sutradara buat pagelaran SSD dimendekati akhir tahun. Acara ini namanya "Sanggar Seni Demokrat Berisik", acara diadain buat pertama kalinya di tahun 2014, dan kalian tau tanggapan mereka sama perdana Berisik pada acung jempol semuanya. Oh God, that's so awesome!!!

Dan.... Tahun 2015 bakal aku yang mensutradarai teaternya. BAYANGKAN... Aku... SUTRADARA.

ITU bikin senengg abisssss.... Tapi secara bersamaan ITU bikin parno abissss. !!!!

Sekarang aku lagi mendalami "sutradara" itu sendiri seperti apa.

Dan permasalahan dalam diriku adalah aku bellum bisa membentuk kualitas diriku agar bisa memimpin orang. Bangun karakter itu ga gampang,bro! I know.. But I will to try. Sebenernya, human mimpin orang sih, lebih tepatnya adalah meyakinkan seseorang tersebut agar percaya atas segala konsep yang aku sugukan, kalo mereka uda percaya aku, kan enak kerjasamanya. :)

Aku harus bisa membangun kualitas diri dan terus belajar dengan bersamaan membangun kepercayaan mereka terhadapku yang akhirnya bisa saling melengkapi dan mensukseskan acara ITU.

Doain aku ya, guys. :)
Semoga Tuhan kasih jalan yang mudah buatku.Amin O:)

Curhat sama ini bisa memperbaikin mood ternyata. Thanks yaa :)
See u later..

Minggu, 07 Desember 2014

Muak!


“Pergi! Pergi semuanya…. Aku mohon, pergi,Aku tidak ingin bertemu kalian, aku ingin sendiri. Pergi!!!”. Bagaimana bisa mereka melakukan ini padaku, Disaat aku kacau seperti ini, kenapa mereka. Bukankah aku dan adikku yang harus kalian pikirkan, mengapa kalian malah memikirkan diri kalian sendiri. Apa salahku setelah semua ini terjadi hingga kalian memutuskan untuk bercerai, seolah itu  hal yang mudah.


Hari ini adalah hari tepat masuk tahun ke lima di musim penghujan, meski sulit membedakan mana musim penghujan dan tidak di kota ini, aku menarik nafas perlahan mengucap syukur yang tak terkira  untuk Tuhan yang masih membuatku bertahan hidup dengan segala keterbatasaku. “Akhirnya aku tau makna hidup. Terimakasih Tuhan Engkau memberikan orang yang masih setia menemaniku hingga saat ini. Aku menyayangi Nenek dan Nana.” Kuhirup nafas sedalam dalamnya sembari membuka payung dan memanjangkan tongkat penuntun jalan menyambut hujan menetes dikulit tangan langsatku. Langkahku terhenti ketika ada suara berat memanggilku, “Slavina, kau ingin pulang ikut denganku, rumah kita searah kan?.” Pria ini adalah Riyan salah satu guru muda di sanggar.”Tidak terimakasih, Riyan. Aku bisa jalan kaki sendiri” aku membentangkan sedikit senyum agar sedikit sopan. Riyan mencoba mendekatiku 6 bulan terakhir ini tapi aku sama sekali tak ingin berurusan dengan pria manapun, entah sampai kapan.
  Malam damai ini ku habiskan berbincang santai dengan Nenek dan adikku Nana, Nana adalah pribadi yang ceria dan cerewet sedang Nenekku adalah orang penyabar sekaligus pendengar yang baik bagi kami. Dia yang membawaku pergi kemari hingga aku mendapatkan ketenangan hidup, pernah sesekali Nana ingin membawaku kembali ke kota mengerikan itu namun aku tepis dengan dingin agar dia tak membahasnya lagi.

Jam menunjukkan pukul 7, aku siap beraktifitas seperti biasa. Aku adalah seorang guru di sebuah sanggar kesenian di sudut kota Bogor. Guru – guru lain dan semua murid tak ada yang menganggapku aneh dan berbeda, aku menyukai segala kehangatan mereka ditengah musim yang dingin ini. “Ibu Vina, Ibu Vina ajarin Mila main piano yang lagu Twingkel twingkel Litel Stal dong…” seru salah satu muridku. “Iya, ayo sini Ibu ajarin.” sembari aku menirukan nada suaranya.
Beberapa menit kami latihan, tiba – tiba seorang laki laki menggendong paksa Mila, Mila yang kaget serta merta menangis, tepat diluar kelas laki – laki ini berkelahi dengan ibu Mila, mungkin lelaki itu adalah ayahnya. Mereka bertengkar hebat berusaha merebut anak usia 4 tahun yang menangis itu, kami yang berada jauh di sekitar mereka bersimpati namun kami tak ingin ikut campur, pertengkaran hebat berakhir saat ibu Mila terdengar jatuh tersungkur karena merebut anaknya yang tidak ia dapatkan. Aku tergopoh untuk mencari suara wanita ini dan membantunya berdiri.
Secara bersamaan hal itu membuatku tertekan karena mengingatkanku dengan sebuah kota mengerikan tempat kami tinggal, lahir dan merasakan kebahagiaan serta kepahitan tak terlupakan..
---0---

“Hapy Birthday, Slavina. Happy Birthday, Slavina. Happy Birhtday, Happy birthday, Happy birthday, Slavina. Yeeeeiiiii bangun bangun, sayang..” nyanyian itu membangunkanku di pukul 00.30 WITA, itu adalah kejutan ulang tahun di umurku yang ke-17, mereka menutup mataku dan menuntunku berjalan ke luar rumah dan saat aku membuka mata hadiah yang ku idam – idamkan ada didepan mataku, motor vespa terbaru warna kuning terpajang di halaman rumah kami. Aku memeluk mereka “Terimakasih Ayah, Ibu dan adikku tersayang.”
Siang harinya kami berencana memutari kota Denpasar dengan vespa baru ku, tidak terlalu susah mengendarai motor ini karena Ayah telah mengajariku sebelumnya, Nana memiliki ageda lan di rumah Nenek jadi hanya kami bertiga yang pergi. Kami menikmati keindahan kota hingga menjelang senja, menepi menunggu waktu makan malam di sebuah Restoran Bamboe, aku naik ke atas panggung untuk bernyanyi dan bermain piano. Aku bahagia sekali malam itu, lagu yang ku nyanyikan khusus untuk mereka keluargaku tercinta, aku bangga memiliki mereka karena segala hal yang aku bisa berasal dari keluarga ini. Menari, menyanyi, bermain musik hingga memasak.

Aku yang hendak kembali ke tempat duduk kami mendengar ada suara bom tepat disudut restoran, bom seperti katak loncat ini terus mendekat ke arah tempat duduk kami. Para pengunjung yang ketakutan langsung beranjak pergi ke arah berlawanan denganku, tubuhku terhimpit sesak hingga aku tak dapat melihat  ayah dan ibuku lagi, semakin kudorong, para pengunjug ini pun semakin menghantamku hingga jatuh dan tepat dipelipis mataku terantuk besi tumpul, disisi lain tubuhku tertendang oleh kaki mereka. aku terhuyung jatuh tak sadarkan diri.
Entah apa yang mencegahku, untuk membuka mata serasa gelap. Aku bertanya apa aku sudah meninggal, dimana ayah dan ibuku, dimana mereka, tubuh ini juga sangat sagat berat dan sakit saat digerakkan. Butuh sedikit waktu agar suaraku keluar dari mulutku. “Ayah, Ibu, dimana kalian?” suaraku parau. “Sayang, ini nenek. Ini Nana. Bgaimana badanmu ?” “Kak . . . Ayah sama Ibu mau datang kok. Kakak gimana keadaannya. Kakak ga bisa llihat ya, itu matanya di tutup.” Aku menangis “Nek.. kenapa mata Slavina gelap, mana Ayah Ibu ? Mana ? Gimana keadaan mereka, Nek ? Tanyain sama dokter kenapa mata Slavina tetep gelap.” Tangisku semakin menjadi jadi.

“Slavina sayang . . . Ayah sama Ibu disini. Sudah jangan nangis ya, Ibu panggil dokter dulu.” Ayah datang menggenggam tanganku, aku merasakan bahwa lengan ayah dibalut perban tebal sampai setengah wajahnya. “Ayah, Slavina gak bisa lihat apapun, tolong bantuin buka perban mata Slavina, yah… bukain, Yah.. Slavina takut!” rengekku. “Sudah jangan takut.. Ibu akan jelaskan semuanya.”

Kenyataan yang aku tau, setengah dari tubuh Ayah terbakar dan memiliki bekas yang tidak bisa hilang, Ibu yang hampir sama luka bakarnya memenuhi bagian belakang tubuh hingga kepala, dan aku yang koma selama 3 hari dengan segala luka dan lebam dan tambahan yang paling menyakitkan adalah aku buta karena kacelakaan pelipis mata itu. Aku mengurung diri selama 4 hari di kamar, tidak ingin bertemu siapapun, tidak ingin makan apapun dan membuatku harus dibaw lagi ke rumah sakit karena keadaan yang memprihatinkan.
Mulai dari ini aku bertekad untuk bisa terbiasa dengan segala hal yang terjadi kepadaku meski tak bisa secara langsung. 1 tahun ku lewati, tahun itu pula aku dengar ayah dan ibu sering meributkan sesuatu. Mulai dari kecelakaan, kenapa memilih restoran bamboe, hingga hal hal sepele yang membuat muak, mereka terus menyalahkan satu sama lain, meski Nana tidak begitu sering mendengar Ayah dan Ibu bertengkar tetapi Nana merasa tertekan hingga aku menyuruhnya untuk tinggal saja di rumah Nenek.
Hampir 2 tahun, aku sudah tak tahan lagi puncaknya Ayah menampar Ibu dan Ibu memecahkan segala perabotan rumah. “Cuuukkuuupppp!!!!!!! Aapa yang Ayah Ibu lakuin, apa kalian nggak capek begini terus, berhenti, Yah, Bu.” Aku datangi mereka dengan langkah tidak jelas dan rintihan suaraku. Bukan ketenangan yang aku dapat mereka semaki kasar dan ingin bercerai saja.

Beberapa hari pasca pertengkaran hebat, Ibu dan Ayah menghampiriku dengan nada emosi dan mengucapkan keinginannya untuk bercerai saja dan menawarkanku ingin tinggal dengan siapa, begitu mudahnya mereka mengucapkan hal ini. Aku muak!
Aku menjerit aku serukan aku ingin sendiri, aku tidak ingin bersama siapapun. Kota ini adalah sebab dari segala kehancuran ku dan keluargaku. Aku berlari tak jelas hingga aku terperosok jatuh. “Biarakan aku pergi sendiri, Aku muak dengan kota ini. Bawa aku pergi……. Aku muak denganmu dengan kalian!” Aku pergi ke rumah nenek dengan taksi yang berhenti karena terhalang jalan olehku yang ada ditengah persimpangan.
Nenek membicarakan ini dengan Ibu lewat telefon, dan berusaha membuat Ibu yakin memepercayakan kami kepada Nenek. Keesokan harinya kami bertiga pergi ke Bogor, tinggal di vila Kakek yang sudah meninggal, hingga saat ini.
---0---

“Slavina, Slavina, kau baik baik saja. Ini sudah jam 7 malam, kau tak pulang ?” Riyan menyapaku, membuyarkan lamunanku. “Oh, iya. Em Ehm maaf aku ha-hanya lupa membereskan berkas, Yan. Iya aku pulang sebentar lagi” sembari berpura- pura membereskan buku anak- anak di rak buku, “Kau yakin, kau baik- baik saja? Aku mau mengantarmu pulang jika kau tak keberatan, ini sudah gelap. Aku khawatir denganmu.” Aku hanya berlalu dan berjalan keluar sanggar, menelfon Nana untuk menjemputku.
“Slavina, aku hanya berniat baik mengantarmu. Aku sudah mencoba menghubungi Nana tapi dia sedang ada kegiatan tugas di luar kota dan Nana menitipkanu kepadaku.”
“Aku hanya tidak ingin merepotkanmu, Yan. Aku bisa naik taksi. Terimakasih.”
“Katakan jika aku ada salah, setidaknya aku akan tau alasanku menjauh darimu. Aku memang menyukaimu tak peduli kau seperti apa, aku tau masa lalu kalian tak sebahagia orang lain, tapi aku bukan orang yang harusnya kau benci dan aku yakin kau tau jika setiap orang memiliki karakter yang berbeda, begitu halnya denganku. Jika kau memutuskan pergi ke sini untuk memulai hidup baru, Bukankah harusnya kau juga membuka hati untukku? Aku berbeda, Vina” Dia menjapai tanganku.
Aku kehabisan alasan untuk menolaknya, ku tepis tanganku “Baiklah, bisa kau antar aku sekarang?”

Sesampainya di rumah aku langsung masuk tanpa memberi ucapan terimakasih, semalaman aku tak bisa tidur memikirkan kata Riyan, Benar jika aku memutuskan untuk ke kota ini agar memulai hidup baru, harusnya aku pun juga menyiapkan hatiku untuk munculnya kebahagiaan kebahagiaan baru. Benarkah dia lelaki yang tepat untukku? Entahlah, biarkan waktu menjawabnya.


Senin, 07 April 2014

Mengingatnya


Mendung. Tengadah kepalaku ke atas langit, menoleh ke sisi kanan kiri jalan, banyak sekali orang berjualan hari ini dan mendengar teriakan anak kecil berlarian, “Awas Jatuh, enakan main sama kakak. Sini Sini!” teriakku, mereka hanya mengejekku lalu tertawa dan berlarian lagi. Aku hanya tersenyum sembari menikmati mendung sore di depan rumah.

Tapi tidak untuk hari ini, komputer itu mengerjap - ngerjap, menungguku dengan tidak sabar dan memelototiku. Aku terpojok disudut rumah, mengintip sesekali kemudian aku tertunduk ke bawah, aku benar – benar takut, aku hanya seorang diri disini, tidak aka nada yang menolongku jika aku terkapar pingsan. “Tuhan . . . bisa tidak kau menguatkanku untuk mendekatinya ? Tolong aku . . .” ratapku dalam hati. Pelan tapi pasti kuberanikan diriku untuk mendekatinya. Tepat didepan layar komputer itu, ku dekapkan tangan didada dan berdoa “Tuhan . . . aku mohon, jangan biarkan komputer ini membuatku kecewa”

Ku tekan tombol enter dengan cepat. Ku tutup mataku, ku buka perlahan

 “Mohon maaf, peserta atas nama ARBA’AH ZIVA KIREI dinyatakan TIDAK DITERIMA pada SNMPTN 2012 Jalur Ujian Tertulis . . .” tulisan itu terpampang di screen ukuran tanggung ini. Aku menangis, kenapa aku tidak bisa lolos. aku hanya bisa menghabiskan uang orang tua, aku tak bisa membanggakan mereka. Aku tak mengingat-Nya lagi.

Ku usap air mataku sambil tersedu sedu, ku tekatkan untuk mengambil telepon genggamku. “Tuut . . . Tuut . . . Iya adek ?” sapa ibuku. “Bu, Aa   ak  aku ga lolos.” Aku tidak dapat menahan air mataku, ku ulang terus kata – kataku “Aku ga lolos, bu. Aku ga lolos di semua jurusan. Aku ga lolos. Maafin aku . . . Maafin aku, ibu”. Ibu ku hanya terdiam mendengarku berkata tanpa henti, kata kata yang sangat membuatnya kecewa. “Eemm . Iya sudah, yang penting adek udah berusaha. Yak an ? Sudah jangan nangis, di terima ya. Inget kan setidaknya kita semua sudah berusaha”. Aku tetap menangis dan haru merasakan betapa beruntungnya aku memiliki Ibu seperti ini. Aku hanya menjawab “Iya, Bu.”. Tersisa sedikit isak tangisku hingga ku tutup telepon itu.

~Beberapa hari kemudian~

“Ayah . . . aku pulang!”
“Dari mana, dek ? kok masih pakai seragam, kan udah lulus.”
“Anu. Baru selesai urusin Ijazah, yah. Ibu kemana ?”
“Di dalam. Eh iya, ibu mau ngomong sesuatu sama kamu, samperin gih!”
“Oke deh.”
Beberapa hari setelah tangisku itu, aku merasa semua sudah kembali seperti semula. Ibu, Ayah kecuali hatiku. Aku sering sekali termenung, bertanya pada diriku sendiri dimana aku harus bersekolah, aku tau masih banyak peluang di Diploma, tapi seharusnya aku berada di Sarjana.
“Hai, bu. Kata Ayah, Ibu ingin bicara denganku. Ada apa ?”
“Di ITS uda dicari peluangnya ? Tadi kata teman ibu, di UNAIR juga masi dibuka jalur 3, tapi ya diploma. Mau coba ?”
“Tapi aku tidak terlalu berminat disana. Aku ingin masuk ITS saja, bu.”
“Dek, adek kan kemarin sudah gagal, kenapa tidak hanya sekadar mencoba, siapa tau keberuntungannya ada salah satu di antaranya. Kamu ingin masuk Universitas Negri kan? UNAIR kan bagus”

Aku terdiam, aku berfikir, sekarang sudah bukan saatnya minat atau tidaknya, yang penting negri. Bener juga kata ibu, UNAIR di pandang bagus disini. Aku ingin masuk negri, aku harus belajar lebih giat dan kenapa tidak les privat saja
“Ibu . . . boleh ikut les privat ? Guru SMK ada yang bersedia loh”
“Eemm. boleh deh. Seminggu 3 kali aja ya”
“Hehehe . . . iya deh. Guruku juga bersedia dibayar sukarela, bu . . .”
 2 minggu sebelum hari tes Diploma ITS dan UNAIR, aku belajar dengan sungguh – sungguh, aku merasa sangat nyaman karena mendapat les privat khusus dan tidak munafik, aku semakin percaya diri. Semoga ini akan jadi kejutan yang meriah untukku.

Sudah 1 minggu berturut – turut aku menjalani tes, kali ini rasanya sudah jauh lebih baik karena telah melepas beban. Dan hari yang aku tunggu – tunggu pun tiba. Aku cari laman Universitas ITS, ku masukkan nama dan nomor pesertaku. Kurang dari 5 detik, telah muncul laman kegagalanku di Diploma ITS. Waw . . . cukup terhenyak karena aku sadar di mana IQ ku berada dan jauh di bawah mereka. Hati ini masih sakit karena ITS adalah Universitas impianku.
Aku sudah kebal. Aku tidak takut jika gagal di Diploma UNAIR, aku tidak peduli karena UNAIR bukan prioritasku. Tidak ubahnya ramalanku, aku gagal di sini dan aku tahu kenapa. Siapa yang tak bisa seperti mereka! Sekali lagi. Sekali lagi. 3 kali sudah aku mengecewakan Ibu dan Ayahku.


Di ruang santai, aku dan Ibuku merebahkan badan sejenak, di tempat ini juga kami terbiasa bercerita, tentang apa saja.
“Adek . . . terus rencanamu apa setelah ini ?”
“Tidak Tahu. Menurut Ibu gimana ?”
“Ibu juga bingung. Ibu kan masih awam yang namanya kuliah. Kan adek juga yang mau kuliah bukan Ibu.”
“Erghemb..” pura pura berdeham “Aku sadar diri kalau otakku mungkin di bawah standar pesaing Sarjana ITS, Begitu sadarnya sekarang aku sudah tidak memikirkan kegagalanku lagi. Tapi saat aku tidak lolos Diploma ITS, aku baru mengerti level orang seperti aku memang tidak layak duduk di bangku itu. Aku sudah percaya diri saat itu, soal yang aku jawab pun tidak terlalu susah. Tapi begini hasilnya. Aku juga bingung, sangat  amat  merasa . . ya begitullah.” Air mataku terus menetes saat mengatakannya, tak jauh beda dengan ibuku yang bulir air matanya pun ikut luruh.

 “Dek . . . Tuhan tidak pernah tidur, Dia yang telah merencanakan semuanya menjadi seperti ini. Mungkin kita harusnya mengoreksi diri. It’s Oke kita sudah usaha untuk les ini itu, beli buku ini itu, keluar uang banyak. Tapi mungkin kita lupa kepada-Nya, usaha kepada-Nya, meminta kepada-Nya dan beribadah yang berlebih karena kita menginginkan sesuatu yang ingin di kabulkan. Adek pernah berpikir seperti itu ? Jangan lupa, karena semua keputusan yang di buat berasal dari Dirinya.”
Isakku semakin keras terdengar. Aku sadar, aku jarang sekali beribadah kepada-Nya, memohon ampun dan bersungguh – sungguh berucap keinginan. Aku telah menyekutukannya dengan ilmu dari orang – orang yang akhirnya membuatku sombong dan angkuh. ‘Ampuni aku, Ya Tuhan, aku hambamu yang tidak tahu bersyukur’.
“Iya, Bu. Aku tau. Untuk tahun ini, aku tidak berencana mencari Universitas Swasta. Aku ingin berjuang lagi tahun depan. Doain aku ya, bu !?”
“Apa yang tidak untuk anakku tercinta”


Selang beberapa hari setelah perbincangan ku dengan Ibu dan tobatku dengan-Nya. Aku menjalani hari dengan lapang dada. Hingga pada siang itu, tak tanggung tanggung Ibu dan Ayahku memanggilku langsung. Ada surat dari Pak Pos pagi ini, pelan – pelan mereka memberitahukan bahwa aku mendapat Surat Undangan Diploma 1 ITS yang di layangkan didepan mataku. Tercatat namaku sana, tepat dan tidak ada kesalahan penulisan cetak. Aku menangis bahagia,. Ibu dan Ayahku memelukku, Ibu ku berucap “Ibu turut bahagia, jika kamu bahagia, nak!” sambil mengusap air matanya.

Tak ingin melewatkannya, aku segera mendaftar ulang.
Dalam lubuk hatiku, “Inilah secuil jawaban Tuhan yang diberikan padaku, jika aku mengingat-Nya dan sadar bahwa Dial lah segalanya dalam hidupku. Terimakasih Tuhan. Terimakasih!”

Selesai

Selasa, 07 Januari 2014

Haraa!

Halo, hai . . .

Sepi yaa ? Iyalah . . . mood lagi down banget kalo inget ga pulang

Kalo kaya gini . . .
jadi punya ide nempel kertas di kening dengan tulisan "Cari Pekerjaan"
kenapa jadi cari pekerjaan ? setidaknya aku ga harus bebanin orang tua banget atas keinginanku . . . aku bisa pulang pake hasil sisihan gajiku nanti, bisa bilang ke ibu kalo uang bulanan di kurangin ajah karena aku sudah ada lebih dari cuku. Pengen Banget !

Huuff . . . Semester 2 ini aku sama kawanku sudah tekad serius cari kerja, yaa kalo bisa emang 1 jalur sama jurusanku (bukan kalo bisa sih. tapi wajib hehe).
aku pengen ada penghasilan . aku pengen ada tabungan . aku pengen sedikit mandiri.
Tapi aku tau ini bakalan banyak resiko, apalagi buat Dia.

~SKIP~
itu masih abu abu

Oke. itu tadi yang pertama ...
Solusi kedua, AKU - PINDAH - AJAH !
ini semakin nyata karena kejadian beberapa hari yang lalu, yang bikin mood ku jelek. Dan ini cukup buat bikin anak imut kaya aku ga nyaman (narsis dikit.ngehibur diri - sendiri)

Aku ga bisa pulang saat liburan pendek membayangi.
otomatis aku ga bisa ketemu keluargaku, Dia dan kawan - kawanku (ini jadi prioritas pertama setelah tragedi)
Aku ga bisa bantu Ibu dan adek adek ku kalo aku cuma ngurusin diri sendiri di Banjarmasin
Bahkan aku ga bisa dateng ke pernikahan kawanku Bulan Februari ini, itu belum tentu hanya sekali ini ajah. Bisa jadi aq ga ngehadirin pernikahan kawan kawanku yang lain kalo mereka nikah buru buru, bisa jadi malah SEREMPAK ! Gimana coba ?!

Huff.... kata Dia, lebih baik Sholat Istikarah ajah.
Hu'umb ... huhuhuhu Iyaa... Sayang samean A' :*

Minggu, 05 Januari 2014

Sabar

Halo, Hai ...

Sekarang tgl berapa sih ? Senin 6 Januari yah. !? Ehm.

harusnya aku beli tiket untuk beberapa hari ke depan, karena aku mau pulang . biasa ke kota kelahiran
tapi itu tadinya . . . sekarang uda beda lagi :(

Sejak denger pengumuman dari pengurus Himakom soal LDKO, rasanya lemes gemes pengen .. urght
Harusnya libur 1 bulan, itu harusnya. kata mahasiswa lain juga begitu
tapi di Fakultasku beda, cuman 2 minggu yang tertulis dan sudah ada catatan kalo Tgl 31 Jan - 2 Feb LDKO.
Taunya di tengah pengumuman ada Technical Meeting buat LDKO malah 1 minggu sebelumnya,wajib pula.
Iya otomatis kepotonglah liburanku :( .

"Gluodaakk... 1 minggu ajah liburku pemirsaaahhh. Addduuuhhhh Arght" batinku
Terus buat apa aku pulang kalo cuma 1 minggu ? Buang uang ? Mana bukan uang sendiri -,-''
Tapi aq pengen banget pulang, Tuhan..
Aku pengen ketemu adek adek sama Ibuku,
pengen ketemu dia,
pengen ketemu kawan - kawanku yang di antara mereka juga bakalan ada yang married

pengen nangis gitu, tapi mau gimana.
Ibu pun punya suara yang sama. Papa apalagi !

Kata kakak ku "Dek.. mendingan kamubuat pulang dek... soal TM ya gausah datanglah, izin kek apa kek. nanti Senin kamu baru muncul,bilang ajah ada keperluan keluarga, lumayan 2 mingguan. Mba paling pulang Tgl 10 besok"
"tapi itu cuman12 hari mba ? dan aku takut kalo ga ikut, takut ketinggalan apa apa gitu loo :( " jawabku
"Ga akan, kamu kan juga bisa nanya temenmu, mereka uga pasti ngerti dek"

Akhirnya aku coba nanya ke Ibu sama Papa soal ini. Kata papa sudah ga perlu pulang dan aku cukup disini aja dulu nantinya bakal di kasih bonus.

Okee . Pasrah... Yang awalnya emang bakal ragu pulang, nyatanya emang beneran ga pulang . Uft..

Sekarang cuman bisa ngeluh ajah dalam hati sambil bilang "Sabar . . . Sabar . . . iya sabar ya"

End

Rabu, 01 Januari 2014

Novel

Kalo lagi baca novel gini
Sendirian, sejuk, rasanya ga pernah mau berhenti. Kaya dirumah.

Membaca, memahami, membayangkan kemudian tertawa sendiri karena angan serasa hidup di atas kepala jadi tertawa sendiri, terkadang menangis sendiri. Haha

Banyak kawan yang bilang "kalo udah nggetu novel.. hemm!"
Terus ada lagi si cipi, dia penggemar komik. "Ai, bukannya lebih asik baca komik d banding novel. Kan seru ada gambarnya?!"
Aku cuma jawab "asik baca novel. Aku ga bisa baca komik. Bingung ah!"
Efek sampingnya dia ketawa "Huahaha..."
Itu jawaban konyol sih.. tp itu jujur

Ibu pernah nyeletuk "ngapain seh dek, baca buku gitu ajah sampe ketawa ketawa sendiri gitu?! --""

"Itu namanya proses Imajinasii. Iya mam . Begitu . He.. hehe"

Udah ah . Lanjut baca dulu yaa ^0^

Sabtu, 16 November 2013

Akrab

Sabtu, 16 November 2013

Malam itu adalah acara rutin setiap tahun di Prodiku "Ilmu Komunikasi"
Yang sudah di adakan sejak tahun 2008 hingga saat ini.
ini sebuah usaha yang di lakukan kakak tingkat untuk mengakrabkan kami sekawanan angkatan 2013 dan kakak tingkat.

Perasaanku bilang sih . . . kalonya waktu pemberitahuan ke 3, wakil angkatan ga bilang
"WAJIB, berpengaruh sama nilai. sayang banget kalo ga ikut, entar juga bisa sharing bareng kakak tingkat dan dosen"
pasti juga bakal sedikit yang ikut. Logikanya itu bakal berpengaruh sama nilai makul apa coba ?? :D
Kalo aku sih yaa ikut-ikut ajah, kan ada makanan :D wahaha.. :p

Acara dimulai jam 4 sore, disambut rintik hujan kemudian hujan deras hingga permainan selesai
perutku komen terus minta makan :3 huff
TET.. Ishoma . . . nungguin kawan yang lagi sholat sembari sms'an sama dia.
makan pentol, gorengan, minum teh nungguin makanan dari sono juga ga ada keliatan

jam 8 malam.
Acara Malam Keakraban.
Aku ga liat kakak angkatan lain selain panitia dan dosen yang datang cuma Pak Fahrianoor, beliau ketua Prodi kami

Semakin malam, ada beberapa yang datang (Beberapa!)
Sambutan sambutan juga terus dari ketua himakom lampau dan yang sekarang hingga Bp. Fahrianoor
Kata Pak Fahri . . . "Dosen yang di undang sampai malam begini juga ga ada keliatan, Semoga beliaunya sehat walafiat, ya kan ? PD  III juga di undang tapi entah dimana, jarang keliatan juga di campus, kalau sudah begitu, bukannya harus di apa?? haha kalian juga pasti tau harusnya di apakan ...." dan bla bla bla

Pak Fahrianoor terlihat lebih dekat dari sebelumnya, ada sedikit kagum tapi juga takut. hehe ^_^

Saat sambutan-sambutan dimulai, cemilanpun dimulai (aku kira makanan -_-'')
Kurang nih ah, ambil lagi aahh.....

Jagung, Singkong, Keripik, Kacang, Sirup, Kopi, Air . . . itu ajah yang gratis
Aku membawa bagianku, berjalan bersama kawanku kemudian kakak tingkat mendekatiku
Sebut saja Tole, sebenernya diawal aku sempat sebal dengannya karena hanya aku anak Surabaya yang dikerjai tapi selanjutnya ku nyatakan dia cukub baik :)

Dia yang memperhatikan hubunganku dengan Ndol sampai banyak kakak tingkat yang lain tau.
Aku malu, tapi terus terang aku seneng. Rasanya ga perlu cara lebih untuk memperlihatkan bahwa aku bangga meski LDR.

Tapi malam itu, aku sedikit sebal sama Ndol.
Kak Tole membarengi aku berjalan dan menanyakan
"Ical mana Ical?
Ical ga nyamperin kamu ?
Kenapa ga nyamperin ? Kenapa selalu kamu yang samperin dia ?
Ga dia ajah yang nyamperin kamu kemari ?"

GILA... Aku di pepet abis-abisan, dan mulutku kelu, ga bisa jawab apa-apa...
Addduuuuhhhhhh begonya . . .
Kata kawanku, "Dia kan tadi kayanya nanya privasi kamu banget. emm kalo kaya gitu, kamu ga perlu jawab apa-apa"
Tapi menurutku, kalo aku cuma diem, itu bukan hal yang bagus. Harusnya aku belain Ndol dong.
Harusnya aku bisa jawab, apa kek .. Tapi aku malah diem aja

Sebel banget ... bukan sebel sama kak Tole. Sebel nya kenapa aku cuma diem dan ga bisa jawab apa-apa.
Kalonya Ndol bilang sorry karena ga bisa jadi pasangan yang baik. Harusnya aku yang bilang gitu -_-''
Semoga ga ditanya kaya gitu lagi. Kalo di tanya. semoga bisa jawab !! :@

Selanjutnya . . . aku terlarut dengan games lalu kembali pulang . Hoooaamm capee